Rabu, 03 Februari 2010

Minyak Jelantah berbahaya ternyata ada manfaatnya



minyak jelantah ...barangkali tidak asing lagi bagi ibu2 rumah tangga...pengunaan minyak yang berulangkali terpaksa dilakukan karena terus melambungnya harga minyak goreng saat ini. sosialisasi bagaimana mengolah minyak ini untuk kemudia dapat dimanfaatkan lagi perlu dilakukan untuk meminimalisir dampak yang luar biasa yang bisa ditimbulkan dengan mengkonsumsi minyak jelantah.


Seorang mahasiswa semester delapan Unand, Aster Rahayu, bersama rekannya Lis yang melakukan penelitian dan pengolahan minyak bekas pakai itu, di Padang, Jumat [21/03] , mengatakan, minyak jelantah bisa dipakai kembali dalam keadaan bersih tanpa kotoran, dengan menggunakan ampas tebu sebagai bahan penyerap. “Bahan penyerap tebu yang sudah dijadikan partikel bisa langsung digunakan dengan mudah oleh ibu-ibu rumah tangga untuk memproses minyak jelantah menjadi minyak layak pakai,” kata Aster.
Penelitian yang dilakukannya sejak Januari 2008 dan akan terus disempurnakan sampai April 2008 itu, dimulai dengan mengambil sampel minyak jelanta dari pedagang gorengan.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah minyak jelantah tersebut dianalisa dulu kandungan FFAnya, kandungan kotoran dan asam lemaknya. Namun minyak goreng yang bagus (baru) juga dianalisa untuk mengetahui FFAnya sebagai perbandingan bagi minyak jelanta.
Kemudian menyiapkan ampas tebu yang sudah kering digiling setelah dicuci bersih. Ampas tebu tadi diayak atau disaring untuk diambil dengan ukuran partikel mulai dari 150 mikro meter, 180 mikro meter, 225 mikro meter dan 450 mikro meter. Selanjutnya ampas tebu direndamkan ke dalam minyak jelanta itu (untuk memperoleh kondisi optimum). Untuk berat ampas tebu juga dicari ukuran partikel hingga kondisi optimumnya. “Berat ampas tebu juga dianalisis, setelah kondisi optimumnya diperoleh kita terus melakukan variasi lain yakni perendaman ampas tebu dengan minyak jelanta,” katanya.
Dalam perendaman ampas tebu dengan minyak jelanta itu, dicari pula kondisi optimum yang selanjutnya baru minyak jelantah ditetapkan dan dianalisa kandungan FFAnya.
Ternyata dengan menggunakan ampas tebu, minyak jelanta menjadi bagus, dan warna hitam atau coklatnya berkurang karena kotoran berada pada minyak jelanta itu diserap oleh ampas tebu. “Ampas tebu dalam analisa itu berfungsi sebagai bahan penyerap yang bagus,” katanya seraya menambahkan bahwa penggunaan ampas tebu merupakan satu solusi mengurangi limbah padat perkotaan.
Kepala Laboratorium Kimia Analisa Lingkungan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Prof Dr Rahmiana Zein, mengatakan hasil penelitian Unand berupa uji coba material yang berada di lingkungan (termasuk bahan-bahan sampah) perlu dipublikasikan. “Analisis barang-barang daur ulang itu dilakukan agar kembali layak pakai untuk mengurangi polusi,” kata Rahmiana Zein



Sebuah berita menggembirakan datang dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, yang mengabarkan bahwa minya bekas penggorengan atau yang dikenal dengan nama minyak jelantah ternyata dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan untuk kompor masak. Untuk itu, melihat kondisi kenaikan harga BBM dan harga minyak bumi, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) telah melakukan percobaan membuat kompor berbahan bakar nabati yakni dari minyak bakar jelantah.

Menurut BPPT, limbah minyak goreng (waste of vegetable oil) memiliki potensi sebagai alternatif energi bahan bakar nabati bisa menurunkan 100% emisi gas buangan Sulfur dan CO2 serta CO sampai dengan 50%, dan sekaligus mampu mengurangi pencemaran air, tanah, dan udara. Minyak jelantah berdampak positif daripada dibuang, karena minyak jelantah dapat mencemari lingkungan. Lebih parahnya, jika terjadi penggunaan lebih dari dua kali, maka minyak jelantah ini dapat menyebabkan penyakit kanker. Penyakit hipertensi dan kolesterol juga dapat terjadi akibat kandungan asam lemak jenuh yang tinggi dari minyak jelantah.

Minyak jelantah sendiri memiliki kadar karbondioksida yang seimbang sehingga memiliki kemungkinan kecil resiko meledak, walaupun ketika pembakaran tidak terkendali, api bisa langsung membesar. Namun, menurut BPPT, minyak jelantah dapat meledak jika suhunya mencapai lebih dari 300 derajat Celcius. Diharapkan BPPT, teknologi baru ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat nantinya di tengah kelangkaan elpiji dan harga minyak tanah yang melambung (http://www.dalimunthe.com)

1 komentar:

  1. Terimakasih mbak Sari atas informasi pemanfaatan minyak jelantah nya, saya lagi cari informasi seputar cara menangani sisa minyak goreng yang terus menjadi gangguan karena membuat mampet selokan rumah saya.
    Salam-Bahrul

    BalasHapus

adbrite